Dapur dan Temanku...

Jujur yang namanya masak itu saya tidak tau, tapi saat saya mengenal dia, sahabat yang sudah saya anggap saudara sendiri, memasak itu ternyata gampang dan menyenangkan. Hanya dengan mengamati apa yang dilakukannya, saya bisa membuat apa yang dibuatnya tanpa harus mencatat berapa ini berapa itu.
Diam-diam saya belajar. Cukup dengan menemaninya ngobrol di dapur tanpa harus mengganggu apa yang dia kerjakan.

Saya sengaja datang ke rumahnya terutama diwaktu-waktu orang memasak. Mungkin dia tidak tahu maksud kedatangan saya. Sampai saat ini pun, yang dia tahu saya tidak tahu masak, saya juga tidak ingin tampil sok teuu didepannya karena dalam hal ini, dia sudah saya anggap sebagai senior dapur serba bisa :D

...Pulang ke rumah, entah kenapa ketika masuk dapur semua sel paralel dalam otakku on seketika. apalagi kalau lagi sendiri. jadi pengen masak ini itu...

pernah tengah malam, kurang lebih jam setengah satu dini hari, adik-adikku sudah tertidur lelap. Sementara saya belum bisa tidur. Kakak sepupuku juga sedang asyik menonton salah satu stasiun tv swasta, tipiwan. Kami menunggu mama papaku yang katanya sebentar lagi datang dari rumah nenek. Dengan gontai saya ke dapur dan meyeduh teh melati yang diberikan teman di sekolah siang tadi. Aktifitas kami berdua saat itu cukup fals, sesekali saling bertanya. "kau belum mengantuk?"

lama terdiam di depan kotak 29 inch itu. saya beranjak menuju kulkas, berharap ada sesuatu yang bisa dijadikan camilan. Nihil. yang ada hanya sayuran dan sekerat daging ikan tuna. flashback keinginanku tadi siang, saya ingin makan siomay. saya tersenyum melihat ikan tuna itu. dalam hati, "kau akan kujadikan siomay, pengganjal perut kami malam ini sekaligus mewujudkan keinginanku yang tertunda."

Seketika dapurpun jadi sahabatku. saya mulai siapkan semuanya, untungnya daging ikan ini mudah dihaluskan. Sepupuku Whiera ikut membantuku di dapur. Entah kenapa, saat itu aku tidak ingin diganggu, kehadirannya di dapur malah membuatku tidak konsen. Apa itu turunan dari guruku? :) entahlah...

Kurang lebih 45 menit saya berusaha. Akhirnya, yang tadinya mau bikin siomay jadinya malah bakso... Sumringah wajah seorang whiera melihat 2 mangkuk bakso tanpa bawang goreng, dengan lahap kami menyantapnya. Tidak lama kemudian mama papa datang, alhamdulillah masih ada pentolan, saya sengaja membuat lebih karena tahu mama dan papaku akan pulang malam itu. Dan kami makan bersama. Pada akhirnya saya puas, ternyata tidak sia-sia :D

Terimakasih Buat Guru Masakku
@lifadinata


Comments

Popular posts from this blog

Memperbaiki Rasa

Meja dan Diskusi

Namanya Ruby