Merecoki anak, perlukah?

Tarbiyatul aulad (mendidik anak) itu hampir tiap hari saya lakoni, di sekolah. Saya selalu berusaha untuk berkata-kata yang baik ke anak-anak. Tapi ternyata diet merecoki anak-anak dengan kalimat yang mengintervensi mereka itu gak gampang.
 
Jangan dan harus, adalah 2 kata baku yang mengintervensi dan mengintimidasi anak. Ini yg perlu dihindari, tapi jujur deh temans, untuk menghindari 2 kata baku itu, tidak semudah mulut bilang bisa loh :( Kalau toh kata-kata itu terlontar tanpa sengaja, beristighfar dan meralat kembali dengan gaya bicara penuh hati-hati adalah cara neto :D
 
Karena kalau tidak, siap-siap saja, anak-anak akan merasa terintimidasi dan pasti akan
memunculkan reaksi. Reaksinya beda-beda, buat anak bertipikal spontanitas atau ekspresif, biasanya ngamuk, marah, nangis2 bahkan bertindak destruktif :D  lain lagi sama anak yg melankolis, ketika mendapatkan perlakuan yang kurang berkenan biasanya akan trisak-isak, suka menyendiri, paling suliiiit dibujuk.

Namanya juga anak-anak... *geleng-geleng kepala :) 
Anak memang unik, keunikannya terdapat dalam banyak hal. Gagasannya, keinginannya yang kadang tidak bisa dicegah, marahnya, tangisannya, bahkan argumennya. Tugas kita sebagai orang dewasa (baca: orangtua), memastikan mereka (anak) berada dalam ranah yang normatif. 

Selamanya! Dan itu bukan perkara yang gampang, kenapa tidak gampang? ya karena butuh mutual understanding dari kedua orang tua, butuh lingkungan yg kondusif (guru dan sekolah), penjelasan yang masuk akal, butuh aturan yang konsisten & yang pasti butuh latihan panjang, hingga jadi kebiasaan.

Ujung pangkalnya adalah, HABBIT. Kebiasaan yg normatif. Jika kita menanamkan kebiasaan positif sedini mungkin pada anak secara continue, maka hal ini akan bernilai preventif...
So, tdk ada kekakuan sedikit pun untuk melakukan hal-hal yang benar & untuk menahan hal-hal kasar atau nyeleneh.
 
Nah, kan ada tuh yang namanya hukum kebiasaan (the low of habbit), dimana segala hal yang dilakukan berulang akan menjadi kebiasaan. Semakin kita banyak berinvestasi kebiasaan-kebiaasan baik pada anak-anak, kita sebagai orang tua atau guru tak perlu lagi merecoki kehidupan yang tengah mereka geluti. Karena anak-anak akan memiliki alarm tersendiri yang terinternalisasi dilubuk jiwanya.

Mereka akan bisa membedakan mana yang baik dan menahan diri secara otomatis, karena kita telah mengupgrade habit positif sejak dini ke mereka.
Yuk marii bunda ayah ibu bapak guru, kita diet mengomel, merecoki, mengancam dan sebagainya yang hanya akan menguras energi :)

Rumus agar anak mengkarakter
Regulary (keteraturan) - Purposefully (terencana) - Methodically (bertahap)
Miarti Yoga


*tulisan ini ditulis setelah baca tulisan bu Yoga Miarti (psikolog anak)

Comments

Popular posts from this blog

Memperbaiki Rasa

Meja dan Diskusi

Namanya Ruby