#elpk Lembar 1

  • Objek apapun yang kita tangkap, tentu pny makna & memori tersendiri untuk dikenang.
  • Karena ceritanya unik, saya yakin, semua akan menjadi indah. Pada akhirnya, keputusan terbaik kita yang akan memberikan hasil yang berkualitas
  • Tidak perlu tanya, 'apa maksud dari semua ini?'. Nikmati saja sist, tak usah ngeluh, bukankah mengeluh itu melelahkan? *senyun simetris*
  • Presepsi yang terlambat itu bisa jadi jalan. Anggap saja ini reinkarnasi hati yang dulu pernah mati.
  • Bicara soal Indonesia, bicara tentang kita. Antara siapa & siapa, dan untuk apa.
  • Memejamkan mata dg sejuta impian yg tdk akan ikut larut dalam mimpi. Smg bsk msh diberi kesempatan utk merajut impian2 itu jadi nyata.
  • Membahas teritorial negeri ini gak akan ada habisnya kecuali telah lahir sebuah keputusan baru yang bisa 'memerdekakan warganya'.
  • Saat melucumu tak lucu. Jangankan tertawa, senyum mereka pun tak kau dapat.
  • Menikmati teh melati untuk menetralkan suasana tidak enak yang sedari tadi mengusik perasaan.
  • Teh melati yang tidak panas juga tidak manis... tapi aku menikamatinya dengan duduk manis disini :)
  • Duduk manis sembari mengingat-ingat kembali kata-kata manismu yang penuh diskon... terlalu murah kawan...
  • Ah, tau apa kamu tentang obral, sedang menawar warna saja kamu buta..
  • Bangun dengan sedikit sesal dan kesal. Krn saat tidur tadi saya mimpi tentang kamu..
  • Jingga di ufuk barat itu hari ini tak nampak, padahal aku menantinya..
  • Kendatipun telah ada rasa, toh peduli itu ada batasannya..bagaimana dg cemburu? belum pantass.
  • Orang-orang itu..! biar saja mereka membentuk persepsi mereka sendiri tentang kami
  • Sesungguhnya kesamaan demi kesamaan juga terjadi tanpa kesengajaan, natural dan tak dibuat-buat
  • Kendatipun telah tumbuh rasa, aku [sambil tunjuk diri] tak ada hak untuk peduli seperti yang lain. Apalagi cemburu, buang jauh-jauh
  • Bagaimana bisa cemburu sementara menumbuhkan rasa saja masih belajar..
  • Membayangkan kita berada dalam ruangan pertunjukan besar, yg didalamnya hanya ada saya dan kamu. kamu baca puisi, aku penontonnya. Dan ketika puisi itu berakhir dikata 'kamu'. aku senyum, dan berdiri sambil bertepuk tangan. jangan senang dulu, saya berdiri bukan karena puisimu bagus, tepat kamu mengucap kata 'kamu'. alarmku berbunyi. aku harus segera pulang. karena ibuku menunggu di rumah
  • Pernah kita jalan berdampingan, tak berani melirik ke arahmu. Pandanganku pun ttap mengarah jauh ke depan. Memandang masa depan.
  • Jika engkau harus berpisah darinya. Jgn kau lakukan kecuali dia yg melepaskan diri darimu. Sebab jika kau lakukan itu, sama saja kau telah membahayakan dirimu sendiri & merusak reputasi hidupmu
  • Berharap ada jawaban yg ada unsur bersenang-senangnya..
  • Rasanya ingin menabrakkan batok kepala ini ditiang listrik..
  • "Sudah bisa dipastikan, senyum itu pasti tidak akan bisa dikendalikan" *Aduh bagaimana ini?*. Tiba-tiba tersadar, "hey kamu sang perempuan, jangan GR dulu, ingat dengan hukum 'belum tentu',". Kemudian ada yg bertanya, "Apa kamu yakin, sakitmu akan berubah senyum?" *sejenak berpikir*
  • Dia pikir, dia adalah pembuat keputusan. Dan orang bisa menerima keputusannya dengan lapang dada. Orang bisa saja menerima keputusannya dengan ikhlas. Tapi ingat, ada bekas yg tertinggal disini. Bernama Luka...
  • Tak apa-apa. Positifnya, malah karena luka ini, ada doa untukmu semoga bahagia disana.. Dan betul yang dikatakan temanku, Allah menghendaki kebermanfaatan diri ini bukan ditempat lain. Tap masih tetap disini.

Comments

Popular posts from this blog

Memperbaiki Rasa

Meja dan Diskusi

Namanya Ruby